Oleh: Annisa Luthfi Fadillah
NIM: 09021282126049
Mahasiswa Teknik Informatika Universitas Sriwijaya
Pendahuluan
Media sosial telah memberikan pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan sehari-hari manusia. Di era modern seperti saat ini, hampir seluruh lapisan masyarakat menggunakan media sosial sebagai media komunikasi dan mendapatkan informasi. Berbagai fitur dalam aplikasi seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan sebagainya telah memberikan kita kemudahan bukan hanya dalam mendapatkan informasi dari berbagai tempat, tetapi juga sebagai wadah untuk menyampaikan pendapat dan berdiskusi.
Sebagai alat komunikasi, media sosial memberikan berbagai dampak positif dan negatif terhadap masyarakat. Dampak positifnya tentu terasa dari kemudahan untuk menyampaikan opini secara anonim, artinya, kita tidak perlu mengungkapkan identitas diri yang sebenarnya saat berdiskusi dengan pengguna lainnya. Namun, hal ini dapat menjadi bumerang dan justru menjadi dampak negatif apabila tidak digunakan dengan bijak. Sifat anonim pada media sosial menyebabkan beberapa masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia, tidak menjaga tutur katanya dalam berdiskusi dan kerap kali menyelipkan kata-kata kasar dalam postingannya.
Pembahasan
Pada tahun 2021, Microsoft merilis hasil riset mengenai “Indeks Kesopanan Digital” atau “Digital Civility Index” (DCI) yang menunjukkan tingkat kesopanan pengguna internet sepanjang tahun 2020. Hasilnya menunjukkan bahwa tingkat kesopanan warganet di dunia semakin anjlok selama pandemi Covid-19 dan Indonesia termasuk salah satu negara yang tingkat kesopanannya sangat rendah, yaitu peringkat ke-29 dari 32 negara yang disurvei. Hal ini tentunya sangat memprihatinkan karena menunjukkan bahwa di Asia Tenggara, Indonesia merupakan negara dengan tingkat kesopanan yang paling rendah.
Hal yang lebih memprihatikan adalah setelah hasil riset tersebut dirilis, beberapa warganet Indonesia justru menyerang akun media sosial milik Microsoft. Hal ini tentu semakin menunjukkan bahwa hasil riset dari Microsoft tersebut benar adanya. Perilaku menyerang media sosial memang sering dilakukan oleh masyarakat Indonesia dengan berbagai tujuan. Contoh kasus yang baru-baru ini beredar adalah warganet Indonesia menyerang salah satu akun Instagram Malaysia karena negara tersebut berencana untuk mendaftarkan Reog sebagai warisan budaya mereka ke UNESCO. Hal ini memicu kemarahan warganet Indonesia, mereka berbondong-bondong menyerang akun Instagram @1malaysia_official dengan berbagai tagar dan hujatan. Namun, karena terlalu emosi, sekitar 9000 komentar hujatan tersebut salah sasaran karena akun yang diserang sebenarnya telah tidak aktif sejak tahun 2018.
Berbeda dengan kasus di atas yang bertujuan untuk melindungi warisan budaya Indonesia yaitu Reog Ponorogo, beberapa warganet Indonesia juga pernah menyerang akun Tiktok remaja asal Filipina bernama Reemar Martin hanya karena tidak terima pasangan mereka mengidolakan remaja itu karena parasnya yang cantik. Selain itu, akun Instagram salah satu aktris asal Korea Selatan bernama Han So Hee juga pernah diserang hanya karena peran antagonis yang diperankannya dalam salah satu drama Korea yang jelas-jelas bersifat fiksi.
Keempat kasus di atas hanyalah beberapa contoh dari sekian banyak kasus penyerangan media sosial yang dilakukan oleh beberapa pengguna internet dari Indonesia. Mereka memposting ujaran kebencian tanpa memikirkan dampak bagi pemilik akun yang diserang. Tidak jarang beberapa akun dinonaktifkan oleh pemiliknya karena tidak kuat menghadapi cyber bullying yang dilakukan warganet Indonesia.
Penutup
Uraian di atas menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia perlu mengintrospeksi diri dan berhati-hati dalam berpendapat di media komunikasi daring. Sifat anonim di media sosial seharusnya tidak digunakan untuk melakukan ujaran kebencian yang merugikan orang lain. Perlu diingat bahwa di balik akun media sosial yang kita lihat dari layar handphone, ada manusia biasa yang juga memiliki perasaan. Kita memang diberikan hak untuk menyampaikan pendapat dengan bebas, tetapi tutur kata ketika memberikan opini juga perlu diperhatikan agar tidak ada pihak yang merasa tersinggung. Selain itu, sikap tidak menjaga etika saat bersosial media justru akan membuat karakter bangsa Indonesia menjadi buruk di mata dunia.
Komentar
Posting Komentar