Dampak Pembelajaran Jarak Jauh: Degradasi Moral Pelajar, Apa Peran Orang Tua?
Toni Monday Boni
09021282126069
Pendahuluan
Sejak pandemi Covid-19 datang ke Indonesia, banyak istilah-istilah bermunculan. Mulai dari social distancing, pembatasan sosial berskala besar, lockdown, isolasi mandiri atau karantina, herd immunity, pasien OTG dan ODP serta masih banyak istilah lainnya. Di tengah tingginya penyebaran Covid-19 yang sudah banyak menelan korban jiwa, pemerintah mengeluarkan regulasi bahwa kegiatan belajar mengajar dilakukan secara daring (dalam jaringan). Dalam istilah lain adalah ‘Pembelajaran Jarak Jauh’. Pemberlakuan regulasi ini tentu berakibat pada ruang gerak yang semakin sempit. Semula kegiatan belajar mengajar dilakukan di sekolah, kini kegiatannya dilakukan secara virtual atau tatap maya. Imbasnya, para pelajar sulit berinteraksi secara langsung dengan gurunya, dan para pengajar juga sulit memantau segala kegiatan siswanya. Akibat lain dari pemberlakuan regulasi ini adalah, penggunaan gadget yang seolah-olah tanpa batas, hal ini pun tidak bisa dipantau secara langsung oleh para guru. Untuk itu peran serta keluarga utamanya orang tua harus bertanggung jawab terhadap perkembangan moral anaknya. Tidak ada lagi alasan kesibukan, semuanya disamaratakan dengan istilah ‘kerja dari rumah, belajarpun dari rumah’. Pendidikan pertama berlangsung di lingkungan keluarga. Anak akan meniru sesuai lingkungan di mana ia tinggal. Oleh karenanya, penulis merasa perlu untuk mengulas dampak dari pembelajaran jarak jauh yaitu degradasi moral pelajar, serta peran orang tua terhadap perkembangan moral anaknya di masa pandemi.
Pembahasan
Pembelajaran jarak jauh (PJJ) adalah pembelajaran yang dilakukan secara tatap maya atau tidak langsung berkontak fisik antara guru dan para siswa. Berlakunya pembelajaran jarak jauh saat ini mengharuskan semua elemen di sektor pendidikan untuk melek teknologi. Banyak sekali aplikasi yang tersedia untuk mendukung jalannya proses pembelajaran jarak jauh. Diantaranya ada Google Meet, Zoom, Video Conference, LMS, Google Classroom, Edmodo dan aplikasi sejenis lainnya. Banyak responden yang pro dengan regulasi ini, sebagian mereka beranggapan bahwa pembelajaran jarak jauh merupakan salah satu cara efektif untuk menekan eskalasi dari penyebaran virus Covid-19. Tetapi, sebagian ada juga yang kontra dengan regulasi ini, mereka beranggapan bahwa pembelajaran jarak jauh hanya akan menghambat para siswa untuk menerima materi dengan baik, serta akan membatasi interaksi antara guru dan siswanya. Tidak bisa kita pungkiri bahwa pembelajaran jarak jauh juga mengharuskan para pelajar untuk menghabiskan waktu di rumah. Konsekuensinya orang tua dituntut untuk berperan aktif dalam mendampingi anaknya saat belajar secara virtual. Kita semua tahu bahwa pembelajaran jarak jauh tidak terlepas dari berfungsinya smartphone sebagai teknologi digital yang digunakan untuk menunjang aktifitas secara online. Selain itu, lamanya pembelajaran secara daring agaknya sudah dijadikan sebuah alasan untuk para pelajar berlama-lama di media sosial. Waktu belajar daring yang semulanya hanya sekitar dua jam kurang per mata pelajaran, kini menjadi tiga jam. Sisa 1 jam-nya dipergunakan untuk berselancar di dunia maya. Maka tidak heran banyak para pelajar yang mengabaikan kewajibannya sebagai siswa dan sebagai anak.
Ketika diberikan tugas oleh guru, banyak dari mereka yang meminta orang tua untuk menyelesaikan tugasnya, sedangkan mereka asik dengan dunia media sosialnya sendiri. Selain itu, akibat dari pembelajaran jarak jauh juga dijadikan sebagai alasan untuk pelajar menolak jika dimintai bantuan oleh orang tua. Sebagai contoh, jika si anak dimintai untuk pergi ke warung maka mereka memberikan beribu alasan untuk menolak, alasannya sedang belajar atau sedang mengerjakan tugas. Semakin pelajar mengenal media sosial tanpa dibatasi maka akan semakin berpengaruh terhadap moralitasnya. Banyak konten-konten negatif dari media sosial yang jika tidak dipergunakan dengan baik justru akan menjadi senjata mematikan terhadap tumbuh kembang karakter anak bangsa. Contoh lainnya adalah, jika sedang belajar melalui aplikasi Zoom, tidak jarang para pelajar terlambat masuk ke ruang Zoom, banyak alasan yang mereka lontarkan ada yang karena terkendala sinyal, atau ada aktifitas lain atau bahkan bisa jadi sengaja terlambat masuk ruang Zoom Meeting, dan tidak sedikit dari mereka yang sengaja mematikan kamera saat guru sedang menjelaskan materi, itupun alasannya juga beragam ada yang beralasan sinyalnya jelek sehingga kalau On Camera maka akan terkeluar dari Zoom, atau bahkan bisa jadi mereka sedang tidur atau bosan mendengarkan pemaparan materi dari gurunya. Hal ini tentu sangat memprihatinkan betapa merosotnya moral anak bangsa. Mereka sudah sulit menghormati, menghargai gurunya sendiri, sulit menerapkan kejujuran dan sulit menyadari tanggung jawabnya sebagai peserta didik. Merasa tidak diawasi malah membuat mereka berbuat semaunya saja. Dari sini tentu peran keluarga menjadi sorotan utama. Peran orang tua diharapkan bisa menjadi sosok figur yang berhasil dalam mencetak generasi unggul, baik unggul dalam pengetahuan, perasaan, akhlak, adab maupun moral. Lalu, apa saja peranan orang tua saat pembelajaran jarak jauh? Mari kita ulas.
Monitor
Tugas orang tua double saat berlakunya pembelajaran jarak jauh di tengah wabah pandemi. Selain mengurus rumah tangga, mereka juga harus lebih ekstra dalam mendidik karakter anaknya. Mereka harus tau berapa lama jam terbang anaknya saat belajar secara daring. Sebaiknya orang tua tidak melepas begitu saja anaknya belajar dengan gadget. Kalau perlu monitoring mereka secara langsung atau orang tua juga bisa melakukan komunikasi kepada guru terkait tentang perkembangan anaknya saat belajar dari rumah.
Pendamping
Sebagai orang tua seharusnya sadar bahwa anak adalah amanah dari Sang Maha Kuasa yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hari akhir. Karakter anak itu akan terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, sehingga mereka tidak bisa dilepas begitu saja dari pantauan orang tua. Dampingi anak agar orang tua tau seperti apa karakter anaknya. Sehingga, orang tua akan sadar seharusnya menerapkan pola asuh yang seperti apa, apakah otoriter (segala perintah harus dipatuhi), demokratis (terbuka kepada anak)
atau permisif (membebaskan anak untuk bertindak). Dan yang pasti setiap orang tua memiliki pola asuh yang berbeda-beda.
Pemimpin
Bertindaklah sebagai pemimpin yang amanah. Sikap dan perilaku anak tergantung pada bagaimana cara yang diupayakan orang tua dalam mendidik. Jika orang tuanya abai maka anak akan lebih abai. Orang tua adalah pendidikan pertama bagi anaknya, maka jadilah contoh yang baik bagi anak-anak. Terlepas mau tipe pemimpin yang otoriter, demokratis atau permisif semuanya boleh saja dipakai. Tetapi yang pasti, tujuan mendidik adalah menjadikan anaknya berkepribadian baik atau berbudi luhur.
Pengarahan
Orang tua harus mengarahkan anaknya untuk memanfaatkan jaringan internet sebaik mungkin. Arahkan mereka untuk tetap berkomitmen melakukan hal-hal positif dengan adanya jaringan internet. Beritahu anak bahwa pembelajaran jarak jauh bukanlah alasan untuk terus menggunakan media sosial tanpa batas.
Ke-empat peranan itu hanyalah sebagian kecil dari banyaknya peranan orang tua. Terlepas dari semua peranan orang tua, pengaruh lingkungan keluarga merupakan faktor penentu moralitas anak agar tidak terbawa arus global. Segala bentuk, isi, cara orang tua mendidik adalah kunci keberhasilan tumbuh kembangnya kepribadian seorang anak.
Kesimpulan
Berdasarkan tulisan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa pembelajaran jarak jauh merupakan hal yang harus dilakukan di masa pandemi Covid-19, terlepas dari apakah membawa dampak positif atau membawa dampak negatif tentu kita semua harus dapat menyesuaikan diri dengan keadaan. Jangan sampai pembelajaran jarak jauh dijadikan ajang perlombaan untuk kita berbuat semaunya, terutama para pelajar. Degradasi atau penurunan moral pelajar tentu harus diperhatikan oleh orang tua, agar pembelajaran jarak jauh tidak selalu dijadikan alasan untuk mengabaikan moral. Pendidikan karakter tentu harus selalu ditanamkan di dalam keluarga, orang tua tentunya memiliki peranan penting dalam menanamkan budi pekerti yang baik, adab yang mulia dan moral yang sesuai dengan kebiasaan atau keinginan masyarakat. Orang tua juga harus menjadi contoh yang bagi anak-anaknya, agar nanti tidak timbul perspektif ‘akhlak anaknya buruk pasti turunan dari orang tuanya.’ Kemerosotan moral pelajar juga harus dihadapi dengan sabar oleh para orang tua, emosi anak atau pelajar yang kadang belum stabil membuat mereka sering bertindak tanpa memikirkan dampak buruknya.
Komentar
Posting Komentar